Baca selengkapnya
KURNIA ALAM RAHARJO
21.92.0321
Kisah Leonika Sari Dirikan Reblood, Aplikasi Donor Darah
Sejak SMA, Leo telah memiliki minat dan perhatian yang lebih pada mata
pelajaran Biologi. Selain hobi mempelajari Biologi, perempuan yang memiliki
nama lengkap Leonika Sari Njoto Boedioetomo ini juga hobi bermain game dan
komputer. Sejak SMA, Leo telah memiliki minat dan perhatian yang lebih pada
mata pelajaran Biologi. Selain hobi mempelajari Biologi, perempuan yang
memiliki nama lengkap Leonika Sari Njoto Boedioetomo ini juga hobi bermain gim
dan komputer.
Alih-alih tidak menjadi seorang dokter, Leo kini justru dikenal
sebagai pendiri startup. Biologi dan teknologi seakan menjadi satu dalam
jiwanya. Ilmu teknologi didalaminya ketika mengambil jurusan Sistem Informasi
di Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya. Keuletan dan kecerdasan
yang dimilikinya membuatnya mudah memahami pelajaran tersulit di bidang
teknologi, yakni coding.
Hijrah dari nilai C pada semester 1 menjadi nilai
A pada semester 2 menjadi bukti bahwa Leo mampu menguasai ilmu teknologi dalam
waktu yang singkat. Semenjak memahami logika ilmu tersebut, semasa kuliah dia
bahkan kerap mengajarkan mata kuliah coding kepada mahasiswa senior.
Minatnya pada dunia teknologi makin kuat ketika dirinya mengikuti program MITx
Global Entrepreneurship Bootcamp pada 2014. Dari situlah, dia berinisiasi dan
berambisi untuk bisa mendirikan startup sendiri. Tidak lain dan tidak
bukan, ide yang dilahirkannya adalah Reblood, sebuah startup yang mendorong
lebih banyak orang untuk donor darah. Tidak tanggung-tanggung, dia langsung
dimentori oleh Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini dalam mengembangkan startup
tersebut.
Leo mengungkapkan bahwa startup yang berdiri sejak 2015 tersebut
bertujuan untuk membangun Indonesia yang lebih baik dengan menyelamatkan lebih
banyak nyawa melalui donor darah. Di masa depan diharapkan tidak ada lagi
orang-orang yang meninggal karena terlambatnya transfusi darah. “Solusinya
jangan bikin stok darah kosong. Masalah di kesehatan itu adalah kita cenderung
reaktif, seharusnya juga proaktif, melakukan pencegahan,” ujarnya ketika
ditemui Bisnis di kantor Reblood di Jakarta, baru-baru ini. Secara ekspansi,
Reblood kini bergerak di dua kota, yakni Surabaya sebagai kota inkubator, dan
juga Jakarta. Fungsinya membantu Palang Merah Indonesia (PMI) untuk menggaet
lebih banyak pendonor, terutama kalangan anak muda. Peran Reblood begitu
berarti bagi pemenuhan kantong darah di Surabaya dan Jakarta. Melalui publikasi
dan kampanye via media sosial, Reblood mampu menarik perhatian para kaum
milenial sehingga bisa membantu memenuhi 400 kantong darah yang diperlukan di
Surabaya dan sekitar 800—1.000 kantong darah yang dibutuhkan di Jakarta. Namun,
Leo mengaku mengomunikasikan donor darah ke anak muda terbilang tidak mudah.
Rata-rata usia muda mendonorkan darah mereka di bawah lima kali sehingga jumlah
pendonor darah bisa berkurang dengan mudahnya. Oleh sebab itu, inovasi-inovasi
sangat diperlukan, baik secara online maupun offline. Inovasi yang dilakukan
misalnya yang bersifat musiman adalah dengan
memberikan rewards kepada pendonor darah berupa tiket nonton konser
ataupun voucher belanja di e-commerce.
Kendati demikian, Reblood memegang teguh
rekomendasi organisasi kesehatan dunia (WHO) bahwa donor darah tetap
bersifat voluntary, bukanlah intensif. “Kami masih terus bereksperimen
untuk mendapatkan formula yang pas untuk bisa mendapatkan pendonor baru. Mentor
bilang anak muda haruslah bersabar karena mengomunikasikan donor darah ke anak
muda itu challenge,” katanya sambil sedikit tertawa.
Menjadi PT
Beberapa
tahun setelah Reblood berjalan, akhirnya pada 2018 Leo dan tim bisa membuat
perusahaan yang dinamai PT Gaya Hidup Sehat. Perusahaan ini menjadi gambaran
eksplorasi dari Reblood yang dari hanya sekedar untuk donor darah menjadi lebih
luas terkait dengan menciptakan gaya hidup sehat. “Pada dasarnya, diharapkan
lebih banyak orang yang semakin peduli kesehatan dengan menerapkan gaya hidup
yang sehat,” tuturnya. Keberhasilan Leo dalam membangun perusahaan rintisan
tersebut terbilang melejit. Perempuan berusia 25 tahun tersebut menunjukkan
bahwa perempuan bisa memiliki pengaruh yang besar pada lingkungan, terkhusus
berpartisipasi dalam bidang teknologi. Leo bahkan masuk jajaran 30 pemuda
berprestasi di bawah 30 tahun kategori healthcare & science versi
majalah Forbes, 45 perempuan penembus batas versi majalah Tempo, dan 100 Women
dari BBC. Penghargaan-penghargaan tersebut diraihnya lewat Reblood.